Para Top Sniper Nazi Jerman Dengan Kill Terbanyak

Pada akhir-akhir perang dunia kedua, Jerman Nazi yang mulai kelelahan dalam berperang secara ofensif lam-kelamaan mulai menerapkan sistem defensif, dari teknik defensif inilah Jerman Nazi juga mulai mengembangkan sistem membunuh yg memakan banyak korban jiwa tapi dengan sedikit kerugian dan jawaban dari itu semua adalah melatih unit-unit penembak jitu yg biasa dijuluki Scharfschütze.

Terbukti teknik menyebar sniper sangat sukses dan dari teknik ini Jerman Nazi banyak melahirkan sniper yg handal, mumpuni dan tentunya dengan kill yg luar biasa banyaknya. Berikut ini para sniper-sniper Nazi dengan skor kill yg superior :

1. Gefreiter Matthäus Hetzenauer

Matthäus Hetzenauer

Tak diragukan lagi, sniper terbaik yang dipunyai Jerman Nazi (bila melihat jumlah kills-nya) adalah Gefreiter Matthäus Hetzenauer dengan 345 kills yang telah dikonfirmasi. Kemungkinan besar skor aslinya 2 atau 3 kali lebih besar dari ini, dikarenakan begitu ketat dan cermatnya sistem penghitungan Wehrmacht (Angkatan Bersenjata Jerman Nazi) sehingga membuat setiap klaim harus mendapat saksi dari NCO, perwira atau dua orang prajurit. Jadi jangan harap kalau anda sniper Jerman lalu pulang ke markas sambil berkoar-koar telah membunuh ratusan orang tanpa disertai satu orang saksi pun untuk setiap aksi, karena ujung-ujungnya omongan anda hanya akan dianggap omong kosong.


2. Obergefreiter Josef "Sepp" Allerberger

Josef "Sepp" Allerberger

Sniper Jerman dengan kills terbanyak kedua dipegang oleh orang Austria Obergefreiter Josef "Sepp" Allerberger dengan 257 kills. Obergefreiter Josef "Sepp" Allerberger (26 Desember 1924 - 1 Maret 2010) adalah sniper Jerman terkenal yang berasal dari II.Bataillon / Gebirgsjäger-Regiment 144 / 3.Gebirgs-Division yang mempunyai 257 korban terkonfirmasi. Dia lahir di Austria dan merupakan anak dari seorang tukang kayu biasa. 

Pada bulan Juni 1943 dia dikirim ke Front Timur sebagai penembak senapan mesin. Setelah terluka ringan dalam Pertempuran Stavropol, Allerberger belajar menggunakan senapan Mosin Nagant 91/30 dengan teleskop 3.5x PU saat dalam masa perawatan. Ketika dikirim untuk mengikuti pelatihan scharfschütze di Seetaleralpe, dia sudah membukukan 27 korban dengan senapan tersebut. Dia kemudian menggunakan senjata yang lebih "resmi" sebagai andalannya, yaitu Karabiner 98k varian sniper dengan teleskop 4x pembesaran serta Gewehr 43 dengan teleskop ZF4 4x dan MP40 untuk pertempuran jarak dekat. 

Pada saat beraksi, Allerberger biasa menggunakan teknik "payung" sesuai dengan didikan yang diterimanya. Teknik ini mengharuskan si sniper untuk memasang perisai di depannya yang berbentuk dedaunan untuk menyamarkan posisinya. Rangka kamuflasenya sendiri mudah dibongkar pasang serta ringan sehingga bisa dibawa kemana-mana. Allerberger mengaku bahwa tentara Rusia biasa mengkanibalisasi rekannya yang telah tewas dan mempunyai metode super brutal dalam hal penyiksaan sniper Jerman yang tertangkap. 

Berdasarkan memoar yang diterbitkannya setelah perang, Allerberger mengklaim bahwa dia telah dianugerahi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes oleh Generalfeldmarschall Ferdinand Schörner (Oberbefehlshaber Heeresgruppe Mitte) pada tanggal 20 April 1945, tapi tidak ada bukti tertulis dari pernyataannya tersebut. Medali dan penghargaan lain yang diterimanya: Eisernes Kreuz II.Klasse; Eisernes Kreuz I.Klasse; Verwundetenabzeichen in Silber; serta Scharfschützenabzeichen in Gold.


3. Obergefreiter Bruno Sutkus

Bruno Sutkus

Bruno Sutkus (nama aslinya adalah Bronius Sutkus, karena dia berasal dari Lithuania. Pangkat terakhir Obergefreiter). Tidak hanya pemain bola saja yang dinaturalisasi, tapi Sutkus (14 Mei 1924 - 29 Agustus 2003) juga merupakan prajurit hasil "naturalisasi" karena ayahnya yang orang Lithuania dan tempat tinggalnya di negara tersebut. Yang jelas, tak lama setelah bergabung kembali dengan Jerman tahun 1941, dia telah menunjukkan bakat besar di bidang tembak menembak. Skor kills akhirnya adalah 209. Sutkus sendiri mulai bertugas sebagai seorang sniper setelah menyelesaikan pendidikan sniper di Vilnius (1943). Setelah perang, dia bergabung kedalam gerakan perlawanan yang menentang pendudukan Soviet atas Lithuania. Banyak dari anggota gerakan perlawanan itu tertangkap dan dikirim ke Siberia, namun dia sendiri masih hidup hingga bubarnya Uni Soviet. Setelah Lithuania memisahkan diri dari Soviet dan membentuk negara sendiri, dia secara rutin memberikan ceramah umum kepada para tentara Lithuania. Sutkus menghembuskan nafas terakhirnya pada 11 Agustus 2003


4. Oberjäger Friedrich Pein

Friedrich Pein

Oberjäger Friedrich Pein adalah salah satu dari hanya dua orang sniper Jerman yang menerima medali bergengsi Ritterkreuz (lainnya adalah Matthäus Hetzenauer. Dikatakan bahwa Josef Allerberger juga menerima Ritterkreuz, tapi klaim ini tak pernah terbukti kebenarannya). Pein sendiri menerima Ritterkreuz setelah membukukan kills yang ke-200.


5. Grenadier Scheuter

Scheurter

Grenadier Scheuter mencatat prestasi yang mengesankan ketika dalam suatu siang ia membantai tidak kurang dari 35 tentara Soviet dari lubang persembunyiannya dalam pertempuran di dekat Reichshof. Dalam foto bertanggal 21 Oktober 1944 di atas tampak dia (kiri) sedang berbincang-bincang dengan komandan batalyonnya.

Sumber :
[1] Buku "Propaganda Photo Book Series No.7 - German Sniper Rifles" karya Albrecht Wacker
[2] Buku "The History of Sniping and Sharpshooting" karya Major John L. Plaster
[3] Foto koleksi pribadi Akira Takiguchi
[4] www.commons.wikimedia.org