Rudolf Zwesken |
Rudolf "Rudi" Zwesken (seringkali juga dia dipanggil dengan panggilan "Bulle", apakah karena mirip orang bule? :-> bukan saudara-saudara, karena Bulle dalam bahasa Jerman berarti Banteng!) dilahirkan pada tanggal 13 Agustus 1919 di Marschendorf yang merupakan bagian dari Mährisch-Schönberg, Sudetenland. Tak banyak yang diketahui tentang karirnya, hanya bahwa dia pernah bertugas di 1./JG 52 di front Timur, dan mulai pertengahan tahun 1944 dia dipindahtugaskan di 6 (Sturm)/JG 300 yang terkenal itu. Dia dianugerahi medali Deutsches Kreuz in Gold (Salib Jerman Emas) pada tahun yang sama, dan pada tanggal 21 Maret 1945, Zwesken mendapat medali prestisius Ritterkreuz dan langsung dipromosikan menjadi Oberleutnant, pangkat yang terus disandangnya sampai berakhirnya perang.
Sedikit tentang JG 300. Unit tempur udara Luftwaffe ini beranggotakan pilot-pilot experten yang sebelumnya sudah berpengalaman ditempa perang, dan biasa menghadapi musuh yang berlipat banyaknya, tapi tidak masalah! Contohnya, dari tanggal 31 Desember 1944 sampai 14 Januari 1945 saja, "Storm Hunter" Zwesken berhasil menghancurkan 10 bomber Sekutu.
Dalam karir bertempurnya, Rudi tercatat berhasil menembak jatuh 52 pesawat musuh, yang 25 di antaranya dicatat di front Barat (kebanyakan Bomber bermesin empat).
Rudolf "Rudi" Zwesken meninggal pada tahun 1947 di Bitterfeld (Saxony-Anhalt), rumor berkata diakibatkan oleh bunuh diri.
Latar belakang dibalik penganugerahan Ritterkreuz terhadap Rudolf Zwesken, diceritakan kembali oleh Walter "Rammdahl" Dahl, rekan seperjuangannya di JG 300, komandan Tagjäger :
"Karena sebelumnya dia terkena efek dari pertempuran melawan bomber musuh, pesawat Focke-Wulf 190 yang dikemudikan Zwesken kehilangan bagian dari sayap kirinya sepanjang 1,20 meter. Tapi Zwesken tetap tenang, dia membawa pesawatnya yang limbung ke landasan terdekat dan dengan cool menarik landing gearnya, mendarat dengan mulus. Ketenangan yang luar biasa di tengah situasi yang musykil!"
"Bukannya mendapat hukuman karena menentang perintah dari atasannya, Zwesken malah mendapatkan kehormatan dan juga Ritterkreuz! Memang ada suatu peraturan bahwa dalam kondisi pesawat seperti itu, si pilot harus mendaratkan pesawatnya tanpa menarik keluar roda pesawat. Dengan kata lain, Belly Landing atau mendarat dengan badan pesawat. Apa yang melatarbelakangi tindakan Zwesken tersebut? Ternyata dia berusaha untuk tidak menimbulkan sebanyak mungkin kerusakan pada pesawatnya (akibat yang sering timbul dari pendaratan semacam itu). Zwesken sadar bahwa situasi peperangan yang sulit membuat setiap pesawat (dan pilot) begitu berharga, karena langkanya bahan bakar dan suku cadang. Karena itulah bukannya mendapat hukuman, alih-alih Zwesken malah mendapat medali!"
Sumber :
www.luftwaffe.cz
www.pilotenbunker.de
www.alifrafikkhan.blogspot.com - Disadur ulang oleh Alif Rafik Khan